Rabu, 11 Maret 2009

contoh Pembelajaran Aqidah Akhlaq

oleh : Asep Setia, S.Ag.
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebagaimana dirumuskan dalam Tujuan Pendidikan Nasional dalam UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003, bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1 
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2
Berdasarkan UU Sisdiknas di atas maka salah salah satu ciri manusia berkualitas adalah mereka yang tangguh iman dan takwanya serta memiliki akhlak mulia. Dengan demikian salah satu ciri kompetensi keluaran pendidikan kita adalah ketangguhan dalam iman dan takwa serta memiliki akhlak mulia.
Bagi umat Islam, dan khususnya pendidikan Islam, kompetensi iman dan takwa serta memiliki akhlak mulia tersebut sudah lama disadari kepentingannya, dan sudah diimplementasikan dalam lembaga pendidikan Islam. 

1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group), 2008, hlm. 2
2 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung : Alfabeta), 2008, hlm. 3



Dalam pandangan Islam kompetensi imtak dan iptek serta akhlak mulia diperlukan oleh manusia dalam melaksanakan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi. Bagaimana peran khalifah tersebut dapat dilaksanakan, diperlukan dua hal, yaitu (1) landasan yang kuat berupa imtak dan akhlak mulia, dan (2) alat untuk melaksanakan perannya sebagai khalifah adalah iptek. Dengan demikian tidak mengenal dikotomi antara imtak dan iptek, namun justru sebaliknya perlu keterpaduan antara keduanya. 
Berkaitan dengan pengembangan imtak dan akhlak mulia maka yang perlu dikaji lebih lanjut ialah peran pendidikan agama, sebagaimana dirumuskan dalam UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 , Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/ atau menjadi ahli ilmu agama. 
Pendidikan keagamaan merupakan salah satu bahan kajian dalam semua kurikulum pada semua jenjang pendidikan, mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi. Dalam kurikulum yang terbaru yaitu Kurikuilum 2004 pada pendidikan dasar dan menengah. Pendidikan Agama merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diikuti oleh peserta didik bersama dengan Pendidikan Kewarganegaraan dan yang lainnya.
Tantangan yang dihadapi dalam Pendidikan Agama khususnya Pendidikan Agama Islam sebagai sebuah mata pelajaran adalah bagaimana mengimplementasikan pendidikan agama Islam bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama akan tetapi bagaimana mengarahkan peserta didik agar memiliki kualitas iman, taqwa dan akhlak mulia.
Dengan demikian materi pendidikan agama bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama akan tetapi bagaimana membentuk kepribadian siswa agar memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat dan kehidupannya senantiasa dihiasi dengan akhlak yang mulia dimanapun mereka berada, dan dalam posisi apapun mereka bekerja. 
Maka saat ini yang mendesak adalah bagaimana usaha-usaha yang harus dilakukan oleh para guru Pendidikan Agama Islam untuk mengembangkan metode-metode pembelajaran yang dapat memperluas pemahaman peserta didik mengenai ajaran-ajaran agamanya, mendorong mereka untuk mengamalkannya dan sekaligus dapat membentuk akhlak dan kepribadiannya. 
Sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, setiap sekolah / madrasah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) dan berpedoman kepada panduan yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Panduan Penyusunan KTSP.3 
Dengan pertimbangan tersebut, maka perlu disusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran Aqidah dan Akhlak untuk madrasah yang mencerminkan keberagaman kebutuhan peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan pelaksanaan pembelajarannya sesuai dengan kebutuhan madrasah di tingkat satuan pendidikan masing-masing.4 
2. Pengertian
Aqidah dan Akhlaq adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah dan merealisasikannya dalam prilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan. Dalam kehidupan masyarakat yang majemuk dalam bidang keagamaan, pendidikan ini juga diarahkanpada peneguhan Aqidah di satu sisi dan peningkatan toleransi serta saling menghormati dengan penganut agama lain dalam rangka mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa.5
3 BSNP dan Departemen Pendidikan Nasional, Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus SMA/MA, (Jakarta), 2008, hlm. iii
4 Depag RI, Kurikulum Madrasah Aliyah, (Jakarta : Dirjen Binbaga Islam), hlm.i 
5 Ibid, hlm. 1






3. Fungsi dan Tujuan
a. Fungsi
Mata pelajaran Aqidah dan Akhlak berfungsi untuk :
1. Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
2. Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT., serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin.
3. Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial.
4. Perbaikan kesalahan-kesahan , kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.
5. Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya asing yang dihadapinya sehari-hari.
6. Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan akhlak, serta sistem dan fungsionalnya.
7. Pembekalan bagi peserta didik untuyk mendalami Aqidah dan Akhlak pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.6

b. Tujuan
Mata pelajaran Aqidah dan Akhlak bertujuan untuk menumbuh kembangkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, dan pengalaman peserta didik tentang Aqidah dan Akhlak Islam, sehingga menjadi manusia Muslim yang terus berkembang dan meningkat kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT., serta berakhlak mulia dan kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara, serta dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.7

5 Ibid
6 Ibid
7 Ibid


4. Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup mata pelajaran Aqidah dan Akhlak pada Madrasah Aliyah meliputi :
1. Aspek Aqidah 
Aspek Aqidah ini meliputi sub-sub aspek : Kebenaran Aqidah Islam, hubungan Aqidah dan Akhlak, Rukun Iman dengan argumen dalil aqli dan naqli.
2. Aspek Akhlak
Aspek akhlak meliputi : Beradab secara Islam dalam bermusyawarah untuk membangun demokrasi, berakhlak terpuji kepada orang tua, guru, ulil amri, dan waliyullah serta alam sekitar, untuk memperkokoh integritas dan kredibilitas pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara, bersedia melanjutkan misi utama Rasul dalam membawa perdamaian, terbiasa menghindari akhlak tercela yang dapat merusak tatanan kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Aspek Keteladanan
 Aspek kisah keteladanan, meliputi : Mengapresiasi dan meneladani sifat dan prilaku sahabat utama Rasulullah saw., dengan landasan argumen yang kuat.8
B. STANDAR KOMPETENSI
1. Kompetensi Lulusan
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) merumuskan bahwa Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan adalah Kemampuan minimal yang harus dicapai oleh peserta didik setelah tamat mengikuti pendidikan pada jenjang atau satuan pendidikan tertentu, yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan.9
8 Ibid
9 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group), 2008, hlm. 72




2. Standar Kompetensi (SK)
Memahami dan meyakini hakikat iman kepada qadla dan qadar serta mampu menganalisis secara ilmiah dan terbiasa berakhlak terpuji terhadap bangsa dan negara dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari.10
3. Kompetensi Dasar (KD)
Adapun yang penulis soroti dalam pembahasan makalah ini adalah salah satu Kompetensi Dasar pada aspek akhlak tentang :
“ Terbiasa berakhlak terpuji terhadap negara dan bangsa (cinta tanah air, kepahlawanan, pengabdian, kepribadian bangsa, belajar sepanjang hayat). “11
C. PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Menjadi guru kreatif, profesional, dan menyenangkan dituntut untuk memiliki kemampuan mengembangkan pendekatan dan memilih metode pembelajaran yang efektif. Hal ini penting terutama untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Cara guru melakukan suatu kegiatan pembelajaran mungkin memerlukan pendekatan dan metode yang berbeda dengan pengajaran lainnya.12
1. Pendekatan Belajar
Dalam pelaksanaan pengajaran Aqidah dan Akhlak di Madrasah Aliyah (MA) dapat dipergunakan beberapa pendekatan :
a. Keimanan, yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah SWT., sebagai sumber kehidupan.
b. Pengamalan, mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekan dan merasakan hasil-hasil pengamalan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.
10 Kelompok Kerja Madrasah (KKM) 2 Garut, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Madrasah Aliyah, hal.
11 Ibid
12 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosda Karya), 2008, hlm. 95

c. Pendekatan teoritis, yaitu penjelasan mengenai materi Aqidah dan Akhlak dengan mempergunakan berbegai macam referensi yang ada.
d. Pendekatan empiris, yaitu memberikan pengalaman yang berkaitan dengan Aqidah dan Akhlak dalam upaya penanaman materi keimanan dan akhlak.
e. Pendekatan emosional, yaitu usaha untuk menggugah perasaan dan emosi siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Aqidah dan Akhlak mulia.
f. Pendekatan rasional, yaitu usaha untuk memberikan peranan rasio (akal) dalam memahami Aqidah dan Akhlak, sehingga mereka mampu memahami, menjelaskan, dan menerima kebenaran iman dan akhlak mulia.
g. Pendekatan pembiasaan, yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk senantiasa membiasakan sikap dan prilaku yang baik sesuai dengan ajaran Islam yang terkandung dalam al-Qur’an dan al-Sunnah.13

2. Pendekatan Mengajar
Sedikitnya terdapat lima pendekatan pembelajaran yang perlu difahami guru untuk dapat mengajar dengan baik, yaitu pendekatan kompetensi, pendekatan keterampilan proses, pendekatan lingkungan, pendekatan kontekstual, dan pendekatan tematik.14 
a. Pendekatan Kompetensi
Pembelajaran dengan pendekatan kompetensi dapat dilakukan dengan langkah-langkah umum sebagai berikut : (a) Tahap Perencanaan, (b) Pelaksanaan Pembelajaran, dan (c) Evaluasi dan Penyempurnaan.

13 Kelompok Kerja Madrasah (KKM) 2 Garut, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Madrasah Aliyah, hal.
14 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosda Karya), 2008, hlm. 95




b. Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses bertolak dari suatu pandangan bahwa setiap peserta didik memiliki potensi yang berbeda, dan dalam situasi yang normal, mereka dapat mengambangkan potensinya secara optimal.
c. Pendekatan Lingkungan
Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Dalam pendekatan lingkungan, pelajaran disusun sekitar hubungan dan faidah lingkungan.
d. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual atau sering disingkat dengan CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pendekatan Tematik
Pendekatan tematik merupakan pendekatan pembelajaran untuk mengadakan hubungan yang erat dan serasi antara berbagai aspek yang mempengaruhi peserta didik dalam proses belajar (Integrated approach).
D. MODEL PEMBELAJARAN
Untuk mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu diperlukan model-model mengajar yang dipandang mampu mengatasi kesulitan guru melaksanakan tugas mengajar dan juga kesulitan peserta didik. Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan.15

15 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung : Alfabeta), 2008, hlm. 175

Model mengajar menurut Joyce dan Weil (2000:13) adalah suatu deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, desain unit-unit pelajaran dan pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, buku-buku kerja, program multi media, dan bantuan belajar melalui program komputer.
Joyce dan Weil (2000) mengemukakan ada 4 kategori yang penting diperhatikan dalam model mengajar, yakni model informasi, model personal, model interaksi dan model tingkah laku.16
Adapun model yang diangkat untuk mencapai kompetensi dasar (SK) di atas adalah dengan menggunakan Model Tingkah Laku atau Model Pembelajaran Afektif (Afektif Learning Models). Model pembelajaran afektif memang berbeda dengan pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai (value), yang sulit diukur, oleh karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam. Dalam batas tertentu memang afeksi dapat muncul dalam kejadian behavioral, akan tetapi penilaiannya untuk sampai pada kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan membutuhkan ketelitian dan observasi yang terus menerus, dan hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan, apalagi menilai perubahan sikap sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru di sekolah.17
Model pembelajaran sikap pada umumnya menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konflik atau situasi yang problematis. Melalui situasi seperti ini diharapkan siswa dapat mengambil keputusan berdasarkan nilai yang dianggapnya baik.18
16 Ibid, hlm. 176
17 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group), 2008, hlm. 274
18 Ibid, hlm. 279





Afektif learning models ini lebih menekankan kepada strategi pembelajaran yang dapat membentuk kepribadian. Dan pembentukan kepribadian bukan pengembangan intelektual. Dalam hal ini guru harus menjadi model di dalam kelas dalam memperlakukan setiap siswa dengan rasa hormat, menjauhi sikap otoriter. Guru perlu menciptakan kebersamaan, saling membantu, saling menghargai, dan lain sebagainya.
E. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Adapun implementasi dari Afektif Learning models ini, langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut :
1. Menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konsiderasi (konflik), yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Ciptakan situasi ” seandainya siswa ada dalam masalah tersebut ”. 
2. Meminta siswa untuk menganalisis situasi masalah dengan melihat bukan hanya yang tampak, tapi juga yang tersirat dalam permasalahan tersebut, misalnya perasaan, kebutuhan, dan kepentingan orang lain.
3. Menyuruh siswa menuliskan respon terhadap permasalahan yang dihadapi. 
4. Mengajak siswa untuk menganalisis respons siswa lain, serta membuat kategori dari setiap respons yang diberikan siswa. 
5. Mendorong siswa untuk merumuskan akibat dari konsekuensi dari setiap tindakan yang diusulkan siswa. 
6. Mengajak siswa untuk memandang permasalahan dari berbagai sudut pandang (interdisipliner) untuk menambah wawasan agar mereka dapat menimbang sikap tertentu sesuai dengan nilai yang dimilikinya
7. Mendorong siswa agar merumuskan sendiri tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan pilihannya berdasarkan pertimbangannya sendiri.

11 Ibid, hal. 280-281 


F. ANALISIS 
1. Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar
1.1. Problematika
Ada beberapa permasalahan yang muncul dalam pembahasan pembelajaran akhlak mengenai akhlak terpuji (telaah Kompetensi Dasar (KD) pendidikan Akhlak di kelas XI Madrasah Aliyah), terdapat beberapa hal yang perlu dikritisi, antara lain :
a. Penyusunan SK dan KD tidak fokus, artinya bahwa kemampuan yang harus dicapai dalam KD masih terlalu bersifat umum. Bahkan dianalisir bisa terjadi penyimpangan pembahasan yang notabene ke pelajaran lain, yaitu PKn. 
b. Materi Akhlak yang dikembangkan, masih lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap (afektif) serta pembiasaan (motorik), sedang materi Akhlak menuntut pemantapan pengetahuan sampai kepada pembentukan watak dan kepribadian.
1.2. Alternatif Solusi 
Adapun alternatif solusi SK dan KD yang disusun adalah sebagai berikut :
a. Apabila SK dan KD disusun sebagaimana yang tercantum, maka harus dijelaskan terlebih dahulu pengintegrasian dari setiap mata pelajaran, supaya siswa tidak berasumsi lain terhadap materi akhlak yang disampaikan.
b. Materi akhlak menuntut pemantapan pengetahuan sampai kepada pembentukan watak dan kepribadian, maka penyusunan SK dan KD harus seimbang antara muatan kognitif, afektif dan psikomotor yang disesuaikan dengan tingkat pemahaman siswa.





2. Model Pembelajaran
2.1. Kesulitan dalam Afektif Learning Models
Di samping aspek pembentukan kemampuan intelektual untuk membentuk kecerdasan peserta didik dan pembentukan keterampilan untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik memiliki kemampuan motorik, maka pembentukan sikap peserta didik merupakan aspek yang tidak kalah pentingnya. Proses pendidikan bukan hanya membentuk kecerdasan dan/atau memberikan keterampilan tertentu saja, akan tetapi juga membentuk dan mengembangkan sikap agar anak berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Namun demikian, dalam proses pendidikan di sekolah proses pembelajaran sikap kadang-kadang terabaikan. Hal ini disebabkan proses pembelajaran dan pembentukan akhlak memiliki beberapa kesulitan.
Pertama, selama ini proses pendidikan sesuai dengan kurikulum yang berlaku cenderung diarahkan untuk pembentukan intelektual. Dengan demikian, keberhasilan proses pendidikan dan proses pembelajaran di sekolah ditentukan oleh kriteria kemampuan intelektual (kemampuan kognitif). Akibatnya, upaya yang dilakukan setiap guru diarahkan kepada bagaimana agar anak dapat menguasai sejumlah pengetahuan sesuai dengan standar isi kurikulum yang berlaku, oleh karena kemampuan intelektual identik dengan penguasaan materi pelajaran. Hal ini dapat dilihat dari berbagai macam bentuk evaluasi yang dilakukan baik evaluasi tingkat sekolah, tingkat wilayah, maupun evaluasi nasional diarahkan kepada kemampuan anak menguasai materi pelajaran. Pendidikan agama atau pendidikan kewarganegaraan misalnya yang semestinya diarahkan untuk pembentukan sikap dan moral, oleh karena keberhasilannya diukur dari kemampuan intelektual, maka evaluasinya pun lebih banyak mengukur kemampuan penguasaan materi pelajaran dalam bentuk kognitif.
Kedua, sulitnya melakukan kontrol karena banyaknya faktor yang dapat memengaruhi perkembangan sikap seseorang. Pengembangan kemampuan sikap baik melalui proses pembiasaan maupun modeling bukan hanya ditentukan oleh faktor guru, akan tetapi juga faktor-¬faktor lain terutama faktor lingkungan. Artinya, walaupun di sekolah guru berusaha memberikan contoh yang baik, akan tetapi manakala tidak didukung oleh lingkungan anak baik lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat, maka pembentukan sikap akan sulit dilaksanakan. Misalnya, ketika anak diajarkan tentang keharusan bersikap jujur dan displin, maka sikap tersebut akan sulit diinternalisasi manakala di lingkungan luar sekolah anak banyak melihat perilaku-perilaku ketidakjujuran dan ketidakdisiplinan. Walaupun guru di sekolah begitu keras menekankan pentingnya sikap tertib berlalu lintas, maka sikap tersebut akan sulit diadopsi oleh anak manakala ia melihat begitu banyak orang yang melanggar rambu¬rambu lalu lintas. Demikian juga, walaupun di sekolah guru-guru menekankan perlunya bagi anak untuk berkata sopan dan halus disertai contoh perilaku guru, akan tetapi sikap itu akan sulit diterima oleh anak manakala di luar sekolah begitu banyak manusia yang berkata kasar dan tidak sopan. Pembentukan sikap memang memerlukan upaya semua pihak, baik lingkungan sekolah, keluarga, maupun lingkungan masyarakat.
Ketiga, keberhasilan pembentukan sikap tidak bisa dievaluasi dengan segera. Berbeda dengan pembentukan aspek kognitif dan aspek keterampilan yang hasilnya dapat diketahui setelah proses pembelajaran berakhir, maka keberhasilan dari pembentukan sikap baru dapat dilihat pada rentang waktu yang cukup panjang. Hal ini disebabkan sikap berhubungan dengan internalisasi nilai yang memerlukan proses yang lama. Kita tidak dapat menyimpulkan bahwa seseorang telah memaiki sikap jujur hanya melihat suatu kejadian tertentu. Selain sikap jujur perlu diuraikan pada indikator-indikator yang mungkin sangat banyak, juga menilai sikap jujur perlu dilaksanakan secara terus-menerus hingga mengkristal dalam segala tindakan dan perbuatan.
Keempat, pengaruh kemajuan teknologi, khususnya teknologi informasi yang menyuguhkan aneka pilihan program acara, berdampak pada pembentukan karakter anak. Tidak bisa kita pungkiri, program-program televisi, misalnya yang banyak menayangkan program acara produksi luar yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda, kebutuhan pendidikan yang berbeda, dan banyak ditonton oleh anak-anak, sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap dan mental anak. Secara perlahan tapi pasti budaya asing yang belum tentu cocok dengan budaya lokal merembes dalam setiap relung kehidupan, menggeser nilai-nilai lokal sebagai nilai luhur yang mestinya ditumbuhkembangkan, sehingga pada akhirnya membentuk karakter baru yang mungkin tidak sesuai dengan nilai dan norma masyarakat yang berlaku. Misalnya, secara perlahan tapi pasti telah terjadi perubahan pandangan anak remaja kita terhadap nilai gotong royong, nilai-nilai seks, dan lain sebagainya.
Disamping kesulitan dalam penerapan afektif learning model dalam pelaksanaan pembelajaran, juga terdapat beberapa permasalahan yang tidak kalah pentingnya dengan permasalahan di atas, yaitu :
a. Kurangnya keikutsertaan guru mata pelajaran lain dalam memberi motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekan nilai-nilai yang terkandung dalam mata pelajaran akhlak dalam kehidupan sehari-hari. 
b. Lemahnya sumber daya guru dalam pengembangan pendekatan dan metode yang lebih variatif.

2.2. Alternatif Solusi 
Dengan melihat permasalahan yang terjadi dalam menerapkan model pembelajaran afektif diatas, maka bisa ditempuh dengan cara sebagai berikut :
a. Guru harus menjadi suri tauladan yang baik, yang dapat digugu dan ditiru oleh peserta didik.
b. Guru dituntut harus bersifat profesional, kreatif dan inovatif dalam menyajikan ragam model pembelajaran yang sesuai dengan standar proses pendidikan yang berlaku, kemudian dapat memilih dan menerapkan atau bahkan membuat sintesis strategi yang sesuai dengan lingkungan pembelajaran, sehingga penyampaian pelajaran menjadi efektif.
G. PENUTUP
1. Kesimpulan
Pada intinya, bahwa model pembelajaran afektif (Afektif Learning Model) bisa diterapkan untuk mata pelajaran yang sarat dengan pembentukan sikap dan nilai.
Untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, guru harus mampu menyusun perencanaan, pelaksanaan dan pengembangan yang telah ditentukan. Guru dituntut harus bersifat profesional, kreatif dan inovatif dalam menyajikan ragam model pembelajaran yang disesuaikan dengan muatan SK dan KD yang tercantum dalam setiap mata pelajaran. 
2. Akhir al-Kalam Penulis
Demikianlah pemaparan yang dapat saya sampaikan dalam makalah tentang ” Model Pembelajaran Akhlak, Problematika / Kritisi dan Solusi Pemecahan Masalah terhadap Kompetensi Dasar tentang Akhlak Terpuji di Madrasah Aliyah Keagamaan ”. Lebih dan kurangnya mohon maaf, kelebihan hanya milik Allah SWT., semata dan kekurangan atau kesalahan timbul karena kekhilaf-an dari penulis.
Demi perbaikan makalah ini, dengan tangan terbuka penulis akan menerima kritik dan saran dari pembaca dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, amien.







SILABUS PEMBELAJARAN

NAMA MADRASAH : ALIYAH AL-MUSADDADIYAH
MATA PELAJARAN : AKHLAK
KELAS / SEMESTER : XI (Sebelas) / Ganjil
ALOKASI WAKTU : 4 Jam Pelajaran (2x Pertemuan)

NO ASPEK SILABUS DISKRIPSI ISI SILABUS
A Standar Kompetensi Memahami dan meyakini hakikat iman kepada qadla dan qadar serta mampu menganalisis secara ilmiah dan terbiasa berakhlak terpuji terhadap bangsa dan negara dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari
B Kompetensi Dasar Terbiasa berakhlak terpuji terhadap negara dan bangsa (cinta tanah air, kepahlawanan, pengabdian, kepribadian bangsa, belajar sepanjang hayat).
C Indikator Hasil Belajar Setelah proses pebelajaran siswa diharapkan mampu:
- menjelaskan pengertian cinta tanah air, kepahlawanan, pengabdian, kepribadian bangsa, belajar sepanjang hayat 
- Menganalisis dalil-dalil yang berhubungan dengan cintah tanah air, kepahlawanan, pengabdian, kepribadian bangsa, belajar sepanjang hayat yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadist
- Menunjukkan contoh-contoh tentang cinta tanah air, kepahlawanan, pengabdian, kepribadian bangsa, belajar sepanjang hayat dalam kehidupan sehari-hari 
- Menunjukkan akibat positif/negatif dalam berakhlak cintah tanah air, kepahlawanan, pengabdian, kepribadian bangsa, belajar sepanjang hayat dalam kehidupan sehari-hari 
- Menunjukkan sikap dan perilaku cintah tanah air, kepahlawanan, pengabdian, kepribadian bangsa, belajar sepanjang hayat dalam kehidupan sehari-hari
- Berlatih membiasakan sikap & perilaku cinta tanah air, kepahlawanan, pengabdian, kepribadian bangsa, belajar sepanjang hayat dalam kehidupan .
D Tujuan Pembelajaran Setelah proses pembelajaran siswamampu mampu menerapkan akhlak terpuji dalam berbangsa dan bernegara serta menghindari akhlak tercela
E Materi Pokok Akhlak terpuji bangsa dan negara(Cinta Tanah Air, Kepahlawanan, Pengabdian, Kepribadian Bangsa, Belajar Sepanjang Hayat).
  
F Metode Pembelajaran ACTIVE KNOWLEDGE SHARING ( Saling Tukar Pengetahuan )
G Sumber Belajar, Bahan dan Alat 1. Lembar peraga peta konsep dan sketsa penerapan konsep
2. Buku Ajar yang diterbitkan Kanwil Depag Jawa Timur
3. Buku referensi sesuai dengan mata perlajaran yang diajarkan.
4. Lembar Kegiatan Siswa “Hikmah” Forum Guru Bina PAI.
H Penilaian Kognitif, Afektif dan Psikomotorik

Garut, ……………..

Mengetahui
Kepala Madrasah



-------------------------
NIP. ……………… Penyusun
Guru Mata pelajaran



ASEP SETIA, S.Ag.
NIP. 150.382.996


















RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN [RPP]

NAMA MADRASAH : ALIYAH AL-MUSADDADIYAH
MATA PELAJARAN : AKIDAH AKHLAK
KELAS / SEMESTER : XI (Sebelas) / I (ganjil)
ALOKASI WAKTU : 4 Jam Pelajaran ( 2x Pertemuan)
PERTEMUAN KE : 10 – 11 (Sepuluh – Sebelas)

Standar Kompetensi : Memahami dan meyakini hakikat iman kepada qadla dan qadar serta mampu menganalisis secara ilmiah dan terbiasa berakhlak terpuji terhadap bangsa dan negara dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari
Kompetansi Dasar : Terbiasa berakhlak terpuji terhadap negara dan bangsa (cinta tanah air, kepahlawanan, pengabdian, kepribadian bangsa, belajar sepanjang hayat).

Indikator Hasil Belajar :
Setelah proses pebelajaran siswa diharapkan mampu:
1. Menjelaskan pengertian cinta tanah air, kepahlawanan, pengabdian, kepribadian bangsa, belajar sepanjang hayat 
2. Menganalisis dalil-dalil yang berhubungan dengan cintah tanah air, kepahlawanan, pengabdian, kepribadian bangsa, belajar sepanjang hayat yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadist
3. Menunjukkan contoh non contoh tentang cinta tanah air, kepahlawanan, pengabdian, kepribadian bangsa, belajar sepanjang hayat dalam kehidupan sehari-hari 
4. Menunjukkan akibat positif/negatif dalam berakhlak cintah tanah air, kepahlawanan, pengabdian, kepribadian bangsa, belajar sepanjang hayat dalam kehidupan sehari-hari 
5. Menunjukkan sikap dan perilaku cintah tanah air, kepahlawanan, pengabdian, kepribadian bangsa, belajar sepanjang hayat dalam kehidupan sehari-hari
6. Berlatih membiasakan sikap dan perilaku cinta tanah air, kepahlawanan, pengabdian, kepribadian bangsa, belajar sepanjang hayat dalam kehidupan sehari-hari
1. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran siswa mampu mampu menerapkan akhlak terpuji dalam berbangsa dan bernegara serta menghindari akhlak tercela




2. Materi Ajar
Akhlak terpuji terhadap bangsa dan negara 
• Cinta tanah air adalah sesuatu yang alamiah dan tidak bertentangan dengan prinsip agama, bahkan cinta tanah air merupakan sebagian dari iman sebagaimana dijelaskan pada hadits nabi
• Jiwa kepahlawanan dalam bahasa Al-Qur’an lebih dikenal dengan istilah “Jihad” atau perjuangan, yang diartikan sebagai kesungguhan seseorang dalam mengerahkan segala daya dan upaya untuk mencapai tujuan yang diinginkan
• Pengabdian: Selain memperoleh hak-hak sebagai rakyat, pada saat yang bersamaan rakyat juga berkewajiban untuk melaksanakan tugas-tugasnya antara lain : 1).Tunduk & patuh pada pemerintahan yang sah, selama pemerintahan berpegang teguh kepada ajaran Allah dan Rasul-Nya. 2).Cinta Tanah Air, sebagai kesadaran hakiki dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 3).Menciptakan dan memelihara persatuan dan kesatuan
• Kepribadian masyarakat Islam akan selalu diwarnai oleh ajaran Islam itu sendiri dan bentuknya tidak akan lepas dari latar belakang budaya suatu bangsa dimana masyarakat Islam itu berada.
• Belajar Spanjang hayat; merupakan kewajiban setiap orang beriman, karena selama manusia itu hidup didunia, maka dia memerlukan pedoman dan penuntun hidup yang hanya dapat diperoleh melalui belajar. Dengan demikian belajar menjadi kebutuhan pokok setiap manusia agar mendapatkan keselamatan.

3. MetodePembelajaran
ACTIVE KNOWLEDGE SHARING ( Saling Tukar Pengetahuan ): 
Metode ini dapat membawa siswa untuk siap mempelajari pelajaran dengan cepat. Metode ini dapat digunakan untuk melihat tingkat kemampuan siswa disamping untuk membentuk kerjasama tim. Metode ini dapat dilakukan pada hampir semua materi pelajaran, karena dapat dilakukan dengan mudah dan efektif diterapkan
4. Langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Mengamati dan mengarahkan sikap siswa agar siap memulai pelajaran
b. Mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa
c. Melakukan tes penjajakan [pre-tes] dan mengidentifikasi keadaan siswa 
d. Mengingatkan pelajaran yang telah diterima dan mengaitkan pada pelajaran baru
e. Penjelasan singkat tentang tujuan dan proses pembelajaran yang akan dijalani siswa 
2. Kegiatan Inti
a. Buatlah pertanyaan –pertanyaan yang berkaitan dengan pelajaran yang akan dipelajari.
b. Minta siswa untuk menjawab dengan sebaik-baiknya pertanyaan yang sudah diberikan
c. Minta semua siswa berkeliling mencari teman yang dapat membantu menjawab pertanyaan. 
d. Tekankan pada semua siswa untuk saling membantu dalam menjawab pertanyaan
e. Minta siswa untuk kembali ke tempat duduk mereka, kemudian periksalah jawabannya
f. Jawablah pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh kebanyakan siswa. 
g. Gunakan jawaban siswa sebagai jembatan untuk mengenalkan materi lebih mendalam
h. Mintalah beberapa orang siswa untuk mengungkapkan kembali materi yang menarik
3. Kegiatan Akhir
a. Memberikan penegasan dan menyimpulkan materi ajar yang sudah dipelajari
b. Memberikan post tes untuk mengetahui hasil pembelajaran 
c. Memberikan tugas mandiri untuk mendalami materi ajar
5. Alat/Bahan/Sumber Belajar
a. Lembar peraga yang berisi peta konsep sesuai materi ajar
b. Lembar peraga yang berisi sketsa penerapan konsep sesuai materi
c. Buku Ajar / buku paket yang diterbitkan Kanwil Depag Jawa Timur
d. Buku referensi sesuai dengan mata perlajaran yang diajarkan
e. Lembar Kegiatan Siswa “HIKMAH” Forum Guru Bina PAI.
6. Penilaian
a. Kognitif [Tes Lisan / Tulis]
No ITEM SOAL Bobot Cat
01 Menjelaskan pengertian cinta tanah air dan kepahlawanan 3 
02 Menganalisis dalil-dalil tentang pengabdian, kepribadian bangsa! 4 
03 Menuliskan contoh pengabdian dan kepribadian bangsa 4 
04 Menerangkan akibat positif/negatif giat belajar sepanjang hayat 4 
05 Menguraikan manfaat giat belajar dalam kehidupan sehari-hari. 5 

b. Afektif [ Pengamatan Minat dan Sikap]
No Nama Siswa Aspek Penilaian Afektif Jumlah Skor Nilai Cat 
  Respon Disiplin Kerja Sama Tuntas Tugas  
01  
02  





c. Psikomotorik [Unjuk Kerja]
No Nama Siswa Aspek Penilaian Psikomotorik Jumlah Skor Nilai Catatan 
Guru
  Penguasaan Sistematika Kecakapan Mutu Karya  
01  
02  
Garut, ……………..

Mengetahui
Kepala Madrasah



-------------------------
NIP. ……………… Penyusun
Guru Mata pelajaran



ASEP SETIA, S.Ag.
NIP. 150.382.996




1 komentar:

  1. tolong kirimkan RPP dan Silabus Aqidah Ahlaq Kelas X dan XI ke email saya.
    hadehate65@gmail.com

    BalasHapus